During the current crisis, many citizens' activities were restricted, thereby contributing to the economic and community work activities outside. That is due to the implementation of large-scale social restrictions (PSBB) in West Sumatra, Indonesia. But the rules applied by the government, did not ignite the spirit of Al azwandi (37) in making a living. Creativity is owned, trut improve its economy in everyday life. The business that has been in place since a year ago, was initially studied on its own, then recognized fellow hobby friends in the arts and exchanged ideas to develop a creative business called "Wondo art center". Al azwandi (37) explains: "Crafts made from used paralones are processed into grilled paralones. The first process of finding paralies from collectors or scavengers is purchased starting from Rp.5,000. Then they are processed starting to be burned as desired in shaping the pattern, then drilled until they are carved using a tool. The craft can usually be made in the form of bags, decorative lights, various motifs, then cigarette boxes, pencil cases, etc. on demand This business runs about a year ago, first learning by itself, then getting to know colleagues and collaborating with each other.The market is currently through relationships, then through the media social services, such as bukalapak, shopee, facebook whatsup, etc. The prices range from Rp.50,000 to Rp.600,000, depending on the difficulty, getting the craft can be seen at the address on Jalan Bahari number 64 Ulak Karang, Padang, West Sumatra, Indonesia or on social media such as Instagram @betria_devita, through Shopee and Bukalapak in Betria o lshop or Website at "betria-olshop. Business.Site ". (Moozamochi)
_______________________________
TEXT INDO
_______________________________
LIMBAH PARALON MENJADI KARYA YANG BERNILAI

Pada masa covid19 melanda saat ini, banyak aktivitas warga dibatasi, sehingga turut mempengaruhi perekonomian serta aktivitas bekerja masyarakat di luar. Hal tersebut dikarenakan adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar (psbb) di sumatera barat, indonesia.

Namun aturan yang diterapkan oleh pemerintah tersebut, tidak menyulutkan semangat Al azwandi (37) dalam mencari nafkah. Kreativitas yang dimiliki, trut meningkatkan perekonomiannya dalam keseharian. Usaha yang telah digeluti sejak setahun lalu, awalnya dipelajari secara sendiri, kemudian mengenali teman sesama hobi dalam bidang seni dan bertukar pikiran untuk mengembangkan usaha kreatif yang diberi nama "Wondo art centre".


Al azwandi (37) menerangkan:
"Kerajinan yang terbuat dari paralon bekas tersebut diolah menjadi paralon bakar. Proses pertama mencari paralon dari pengepul atau pemulung dibeli seharga mulai dari Rp.5000. Kemudian diolah mulai dibakar sesuai keinginan dalam membentuk corak, lalu dibor hinggan diukir menggunakan alat. Kerajinan tersebut biasanya bisa dibuat berupa tas, lampu hias beragam motif, kemudian kotak rokok, kotak pensil, dan lainnya sesuai permintaan. Usaha ini berjalan sekitar setahun lalu, pertama belajar sendiri, kemudian kenalan dengan teman sejawat dan saling berkolaborasi. Pasarnya saat ini melalaui relasi, kemudian lewat media sosial, seperti bukalapak, shopee, facebook whatsup dan lainnya. Harga tersebut di banderol mulai dari Rp.50.000 hingga Rp.600.000, tergantung kesulitan. Mendapatkan kerajinan tersebut bisa dilihat ke alamat di Jalan Bahari nomor 64 Ulak Karang, Padang, Sumatera barat, indonesia. atau di media sosial seperti instagram @betria_devita, melalui shopee dan bukalapak di Betria olshop atau Website di "betria-olshop. Business.Site".(moozamochi)